Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Tumpeng ala Perempuan Berkebaya

Saat menghadiri ulang tahun Perempuan Berkebaya ke-2 di Bandung beberapa waktu yang lalu. Ada yang unik dari suguhan tumpeng yang disiapkan oleh panitia.  Dokumen pribadi Biasanya tumpeng itu kan dari nasi kuning dengan aneka lauk dan sayur disekelilingnya. Namun tidak untuk kali ini. Tumpeng yang disajikan terbuat dari puding dengan aneka buah mengelilingi sekitar tumpeng.  Ada potongan buah strobery, anggur, mangga dan nutrisi jelly. Wah, seru pokoknya. Dan unik pastinya. Acung jempol untuk panitia yang membuat dan pencetus ide ini. Kreatif. Bisa dijadikan inspirasi jika ingin membuat acara.  Meskipun kue tart dan tumpeng hanya tradisi saat merayakan ulang tahun atau syukuran. Rasanya seru saja bisa menyuguhkan sesuatu yang unik untuk dinikmati bersama. Yang penting doa dan pengharapan baik dari sebuah perayaan sebagai intinya tidak ditinggalkan.  #onedayonepost #desember2016 #harike-24 #tumpengseru #ultahpb

Sekoteng, Minuman Khas di Cuaca Dingin

Ting...ting.. ting... adalah bunyi tukang sekoteng yang lewat. Berasal dari bunyi mangkok yang di pukul pakai sendok. Sekoteng merupakan minuman jahe yang di dalamnya berisi campuran aneka makanan. Ada potongan roti tawar, kacang tanah, kacang hijau dan bubur mutiara yang berwarna merah jambu. Sekoteng (dokpri) Pedagang sekoteng biasanya malam hari baru ada. Semakin malam semakin di cari orang. Karena aroma dan pedas jahenya bisa menghangatkan tubuh. Dulu saat saya masih kecil cukup sering mendengar tukang sekoteng lewat. Dengan bunyinya yang khas itu. Tetapi sekarang sudah jarang. Bukan berarti tak ada pedagang sekoteng lagi. Pedagang sekoteng (dokpri) Masih ada. Hanya sekarang kalau kepengin sekoteng mesti nyari abang penjualnya. Kalau menunggu dengan duduk manis di rumah niscaya bikin senewen. Karena untung-untungan. Bisa lewat bisa enggak. Keliling kampung pun demikian,untung-untungan juga. Tapi lebih ada peluang karena biasanya ada yang mangkal di suatu tempat. Menikmati sekoteng

Sate Kelinci nan Gurih

Pernah mendengar nama gang kelinci? Pernah dong. Itu nama gang yang populer dijadikan judul lagu kok. Jadi sudah pasti tahu meskipun belum pernah singgah ke gang kelinci. Kalau sate kelinci tahu juga kan? Tahulah pastinya. Sudah tak asing juga kok. Meskipun tak semudah sate ayam atau sate kambing menjumpainya. Di beberapa tempat wisata biasanya ada yang menjual sate kelinci. Saya pertama mencicipi sate kelinci saat berada di Grojogan Sewu, Tawamangun. Suasana di sana kan dingin. Karena memang daerah pegunungan. Sudah gitu mainnya di air terjun. Lapar pastinya sesudah berjalan-jalan di sana. Banyak penjaja makanan di sekitar sana. Tapi saya memilih sate kelinci. Karena saat itu belum pernah mencoba. Seperti apa rasanya. Padahal dalam hati kasihan juga kalau ingat kelinci yang lucu itu. Nah, ketika pesanan sate saya datang. Pertama komentar yang keluar dari bibir saya adalah satenya kecil-kecil. Daging yang ada di tusuk sate tidak sebesar daging ayam atau kambing. Pesan sepuluh tusuk

Tahu Serasi Bandungan yang Menggoda Selera

Salah satu hal menarik ketika melakukan perjalanan adalah mencicipi makanan khas daerah yang disinggahi. Saat dalam perjalanan menuju Surabaya melalui Temanggung, saya belokkan arah melalui Ungaran terlebih dulu. Tidak langsung mengarah ke Semarang. Karena saya ingin melihat geliat jalan Bandungan.  Tahu serasi (dokpri) Ya, jalan Bandungan yang menginspirasi seorang sastrawan Nih.Dini membuat novel berjudul sama. Saya yang juga menggemari karya-karya beliau ingin sekali merasakan suasana jalan Bandungan. Dan inilah kesempatan yang tepat. Karena beberapa kali melalui jalan ini tetapi tak pernah singgah sekali pun.  Saat itu hari sudah menjelang sore. Jalan menuju Bandungan tampak macet total. Untungnya saya mengendarai motor jadi bisa meliuk-liuk mencari celah di antara kemacetan jalan. Saya langsung mencari tempat untuk parkir kendaraan. Dan dapat di sekitar pasar kembang.  Bandungan memang terkenal dengan pasar kembangnya. Sore itu tampak pedagang kembang baru saja menggelar dag

Nasi Goreng Padang

Saat perjalanan melalui Puncak dari Bandung menuju Tangerang, saya sempat terjebak macet karena sistem buka tutup. Dalam suasana hujan rinai-rinai dan malam sudah menyelubungi bumi. Perut ini secara alami berteriak-teriak minta diisi alias lapar. Saya perhatikan sekeliling mencari tempat makan yang bisa disinggahi. Tetapi di kanan kiri jalan yang tampak hanya toko oleh-oleh dan warung kopi. Kalau pun ada makanannya paling indomie dan roti bakar. Nasi goreng Padang (dokpri) Jika tidak dalam kondisi lapar mungkin tak masalah. Tetapi saat ini rasanya sepotong roti gak bakalan nendang. Apalagi perjalanan saya masih jauh. Maka saya coba maju perlahan untuk melihat adakah warung lain yang lebih mengenyangkan. Dan tampaklah dikejauhan warung nasi goreng pinggir jalan. Tetapi nasi goreng Padang. Sejujurnya saya kurang suka nasi goreng. Apalagi nasi goreng Padang yang belum pernah saya mencicipinya. Macem mana pula rasanya. Masakan Padang itu kan terkenal berani bumbu.  Tetapi dalam keadaan k

Bika Padang

Saya itu bukan termasuk orang yang lapar mata. Apa-apa yang dilihat terus jadi  kepengin. Namun saya orang yang suka penasaran dengan sesuatu yang baru atau aneh. Menurut kacamata saya loh. Dokumen pribadi Nah, dalam perjalanan pulang dari beraktifitas, tanpa sengaja mata saya melihat papan bertuliskan Bika Padang. Wah, penasaran dong. Macem mano bentuk dan rasanyo? Selama ini yang saya tahu dan pernah makan ya Bika Ambon. Kalau Bika Padang baru ini tahunya. Kudet ya saya? Memang.  Biar tidak penasaran, berhentilah saya di warung penjual Bika Padang itu. Dokumen pribadi “Berapo Uni harga satunyo?” kata saya. “Tigo ribu,” jawab si Uni. “Bungkuskan tigo sajo yo Uni!” kata saya lagi. Karena belum pernah tahu rasanya, cukuplah beli tiga sebagai permulaan. Sambil menunggu kuenya dibungkus saya minta ijin memotret warung tersebut. Barangkali suatu hari ada yang kepengin jadi saya tidak susah mencari tempatnya. Begitu tiba di rumah, saya segera mencicipi kue yang baru saya beli itu. Be

Gatot, Cenil dan Kawan-kawan

Gatot dan Cenil yang saya maksud di sini adalah sejenis makanan. Bukan nama orang. Mungkin tidak semua orang mengenal jenis penganan satu ini. Tapi sebagai orang Jawa sungguh terlalu jika tak mengetahuinya. Karena penganan ini berasal dari Jawa. Di pasar-pasar tradisional Jawa banyak dijumpai pedagang makanan ini. Setiap pagi ada yang menjadikannya sebagai menu sarapan pagi. Dengan ditemani segelas teh tubruk. Dokumen pribadi Saya yang pernah merasakan tinggal di Jawa tidak merasa aneh dengan penganan ini. Enak-enak saja. Meski ada jenis makanan ini yang warnanya hitam, kenyal. Gatot namanya. Keren ya? Ada lagi yang warnanya merah muda dan kenyal juga, namanya Cenil. Nah, mereka ini ditemani dengan kawan-kawan lainnya seperti tiwul, ketan dan getuk jika sudah disatukan dalam piring, dengan ditaburi kelapa parut dan gula halus, rasanya enak. Bersatunya mereka masuk dalam jajaran jajanan pasar. Agak jarang ditemui lagi sih pedagang penganan ini. Padahal ini jenis makanan yang cukup en

Jatuh Hati di Padalarang

Jatuh hati itu bisa kapan saja, di mana saja dan dengan apa saja. Pokoknya begitu cupid panah Aprodite sudah dilesatkan, bakal klepek-klepek nih hati. Makanya ada nasihat yang menyebutkan. “Jaga Pandanganmu.” Waduh, repot juga ya? Apalagi aku keseringan di jalan. Pandangan mata ini harus tajam dan jeli melihat situasi. Kalau tidak, bisa sruduk sana sruduk  sini deh.  Nah, dalam perjalanan dari Tangerang-Bandung melalui Puncak, banyak yang aku lihat dan lalui. Pandangan mataku  tertambat pada satu titik di daerah Padalarang. Langsung deh Aprodite melesatkan cupid panahnya. Aku pun jadi jatuh hati. Jatuh hati pada pandangan pertama. Orang bilang dari mata turun ke hati. Sawo Walanda (dokumen pribadi) Saat pertama kali melihatnya aku sudah penasaran dengan tampilannya. Kuning cerah gitu. Pokoknya menariklah. Dalam hati bertanya-tanya.  “Apaan tuh?” Kalau sudah penasaran begini rasa ingin tahuku semakin meningkat. Kadarnya semakin tinggi kalau belum menghampiri dan bertanya-tanya. Jadi

Legitnya Kue Putu Bambu

K ue putu adalah salah satu jajanan tradisional Indonesia yang memiliki bentuk dan jenis yang berbeda. Ada putu ayu, putu mayang dan putu bambu. Dari ketiga jenis kue putu itu, kue putu bambulah yang sudah mulai sulit dijumpai. Selain penjaja kue ini yang sudah jarang ada. Pedagang kue putu bambu juga baru menjajakan dagangannya pada sore hari. Beruntung, saya masih bisa menjumpai pedagang kue ini. Segera saya panggil dan membelinya beberapa potong. Kue dengan bahan dasar tepung beras yang diberi gula merah ditengahnya, sangat sangat pas dinikmati malam hari atau saat udara dingin selepas hujan. Dengan cetakan dari bambu dan dikukus di atas uap berbahan kaleng, kue putu bambu kental dengan aroma tradisional. Cita rasanya pun terasa khas sekali. Biasanya setelah matang, disuguhkan dengan taburan kelapa parut. Tetapi tergantung selera juga. Saya termasuk yang tidak suka memakai taburan kelapa. Dokumen pribadi Seperti apapun seleranya dan dengan cara bagaimana pun menikmatinya, putu ayu

Gemblong si Manis nan Kenyal

Gemblong merupakan salah satu jenis jajanan pasar yang cukup digemari oleh masyarakat. Tak terkecuali saya. Gemblong termasuk jajanan tradisional Indonesia. Berbahan dasar ketan dan gula aren.  Gemblong (dokumen pribadi) Siapa yang mengenalkan jenis jajanan ini kepada masyarakat luas tidak diketahui dengan persis. Begitu pun mengenai penyebutan namanya ‘Gemblong.”  Sudah sejak lama masyarakat mengenal jajanan satu ini. Dulu ketika masih kecil dan kerap diajak ibu berbelanja di pasar tradisional, kami tak pernah lupa membeli jajanan pasar untuk oleh-oleh di rumah.  Gemblong termasuk jajanan yang ibu beli. “Untuk Bapakmu. Karena Bapakmu senang. Teman ngeteh pagi-pagi,” ujar ibu. Otomatis kami anak-anaknya pun ikutan menyukai jajanan gemblong. Manis dan kenyal-kenyal rasanya. Sangat nikmat untuk teman ngeteh di pagi hari atau sore hari.  Jajanan gemblong ternyata tak hanya ada di Betawi saja. Di daerah Sunda, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kita bisa menjumpai jajanan satu ini. Nam

Rujak Bebek yang Unik

Rujak Be’be’k (bukan lafaz bebek pada binatang) merupakan jenis penganan yang terdiri dari aneka jenis buah-buahan, ditumbuk menjadi satu beserta dengan bumbunya. Jenis buah yang dipakai biasanya buah nanas, kedondong, bengkuang, mangga, ubi merah dan pisang batu. Dokumen pribadi Mengenai asal-usul dan siapa yang mengenalkan jenis rujak jenis ini tidak diketahui secara pasti. Namun kata Be’be’k sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti tumbuk. Jadi rujak Be’be’k artinya rujak yang ditumbuk. Di daerah Jawa Barat dan Jakarta pedagang rujak ini masih bisa dijumpai. Namun jumlah pedagang rujak ini tidak banyak. Sehingga rujak Be’be’k termasuk jenis jajanan yang langka atau jarang ditemui. Terutama bagi perempuan yang sedang mengidam. Butuh perjuangan untuk mendapatkannya. Dokumen pribadi Bukan berarti tidak ada. Ada. Hanya agak jarang pedagang rujak ini untuk ditemui sewaktu-waktu. Di tempat-tempat tertentu masih ada yang mangkal berjualan rujak Be’be’k. Maka jika ingin rujak ini tet

Ada Apa Dengan Roti Buaya

Pernahkah Anda menyaksikan upacara pernikahan adat Betawi? Jika iya, pernah. Tentu sudah tak asing lagi begitu mendengar nama roti buaya. Ya, roti buaya. Salah satu hantaran yang dibawa oleh pihak mempelai pria sebagai seserahan. Roti buaya (dokpri) Lalu kenapa harus ada roti buaya? Bukan jenis roti yang lain. Bukankah kata buaya memiliki makna negatif. Konon, dahulu itu pemilihan roti buaya berdasarkan sifat yang ada pada buaya. Masyarakat Betawi percaya kalau buaya itu hanya kawin sekali. Meskipun pada kenyataannya. Masyarakat umum mengenal sebagian orang Betawi kebalikan dari sifat itu. Selain itu karakter yang ada pada buaya dianggap mewakili sifat mempelai laki-laki. Yaitu tentang karakter buaya yang sabar menunggu buruannya untuk dimangsa. Sifat itulah yang dilambangkan bagi mempelai laki-laki dalam meminang gadis pilihannya. Pedagang roti buaya (dokpri) Ukuran roti buaya yang dibawa dalam upacara adat pernikahan Betawi biasanya sekitar 50 cm. Roti buaya rasanya manis dan tidak

Lepet Si Gurih nan Legit

Pernah makan lepet? Kangen ingin merasakan penganan yang satu ini? Rasanya sudah jarang ditemui. Sayang ya? Padahal ini salah satu makanan tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa. Lepet (dokumen pribadi) Eh, atau malah belum tahu yang mana lepet itu? Wah, bagaimana mau kangen dengan penganan satu ini. Kalau bentuknya saja tidak tahu. Lepet itu jenis penganan tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa. Dibuat dari campuran ketan, kelapa dan kacang merah atau kacang Tolo. Dibungkus menggunakan janur kelapa dan diikat menggunakan tali rapiah atau tali dari janur itu sendiri. Lalu direbus selama kurang lebih 4 jam.  Penganan yang rasanya gurih ini rupanya sudah mulai sulit dijumpai. Hanya dalam keramaian tertentu seperti saat ada pasar malam, layar tancap atau ada panggung hiburan lain, penganan ini bisa dengan mudah ditemui. Biasanya bersanding dengan singkong rebus dan kacang rebus.  Jenis cemilan yang cukup menyehatkan. Sayang sudah jarang yang melirik. Jadi kalau ingin melest

Timun Suri, Buah Specialis Ramadhan yang Kaya Manfaat

Saat bulan Ramadhan tiba, banyak sekali hal-hal yang menjadi ciri khas datangnya bulan suci tersebut. Mulai dari pedagang pakaian sampai pedagang makanan.  Untuk pedagang pakaian bisa dilihat dengan maraknya penjual baju Koko serta gamis di sebagian besar pasar dan juga mal-mal.  Sementaraa dari sisi makanan, para pedagang dadakan menghiasi sudut-sudut perkampungan dan juga di sekitar kompleks perumahan. Yang sebagian besar berjualan takjil untuk berbuka puasa. Namun ada satu hal yang paling menarik dan menonjol di bulan Ramadhan ini. Yakni adanya pedagang timun suri. Buah sejenis labu berwarna kuning keemasan. Dengan serat daging yang lembut dan memiliki biji seperti biji buah melon. Timun suri (dokpri) Bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya,  tentu sudah tidak asing dengan buah yang satu ini. Tetapi bagi masyarakat di daerah lain bisa jadi tak mengenal buah ini. Karena penyebaran timun suri memang tidak merata. Kecuali di daerah Jawa Barat. Ya, daerah Jawa Barat merupakan pen

Berburu Rujak Cingur di Jakarta

Bagi penggemar rujak tentu sudah tidak asing dengan nama yang satu ini. Yakni rujak cingur. Namun tidak semua penggemar rujak menyukai jenis rujak satu ini. Karena tampilan rujaknya memang berbeda dibandingkan jenis rujak pada umumnya. Dokumen pribadi Rujak cingur warnanya hitam. Pengaruh dari bumbu petis yang digunakan. Tetapi justru hal inilah yang membuatnya berbeda. Ditambah dengan irisan cingur yang dicampur dalam rujak. Bagi saya inilah yang menjadi daya tarik rujak cingur. Namun tidak semua orang menyukai rujak ini. Sekali pun ia berasal dari Jawa Timur. Rujak cingur memang merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur. Utamanya wilayah Surabaya dan sekitarnya. Jadi bagi Anda yang berasal dari Jawa Timur tentu mengenal penganan ini. Boleh jadi merindukan penganan ini jika kini sudah berdomisili di luar Jawa Timur. Inilah yang saya alami ketika suatu hari ingin sekali makan rujak cingur. Tidak mudah menemukan penjual rujak cingur di Jakarta dan sekitarnya. Bukan berarti tak

Kue Dongkal Nan Legit

Cuaca dingin selepas hujan paling enak minum yang hangat-hangat ditemani sepiring camilan. Umumnya pisang goreng, singkong rebus atau roti bakar. Namun pilihan saya kali ini jatuh pada kue dongkal. Dokumen pribadi Entah kenapa lidah ini tiba-tiba kepengin nyamil kue dongkal. Seperti orang ngidam saja. Maka saya pun segera hunting kue ini. Ternyata oh ternyata  tidak mudah menemukan penjual kue dongkal. Meski akhirnya mendapatkannya juga. Itu pun setelah bertanya ke sana kemari. Rasanya bukan main girang hati ini. Seolah menemukan sesuatu yang hilang. Maka saya pun menikmati kue ini dengan penuh penghayatan. Kelembutan dan kelegitan kue ini rasanya sampai ke hati (ini sih bisa-bisanya saya). Eh, memang benar kok. Harus dinikmati dengan hati. Karena kue dongkal termasuk jajanan tradisional Indonesia yang mulai langka loh! Maka beruntunglah bagi yang masih bisa menjumpai dan menikmati kue ini.  Kue tradisional ini sebenarnya ada di beberapa daerah di Indonesia. Di Betawi (Jakarta) di

Sagon Awur dan Geplak Penganan Khas Betawi Saat Lebaran

Yeaaah, lebaran. Wah, senangnya hati ini. Karena lebaran merupakan hari kemenangan  yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam. Setelah satu bulan penuh berpuasa. Keriweuhan dan kesibukan menjelang hari kemenangan itu terasa di mana-mana. Berbagai cara dilakukan untuk memaknai lebaran. Geplak (dokpri) Anak-anak heboh dengan baju barunya. Para Bapak juga tak kalah heboh dengan segala rencana. Mulai dari rencana pulang kampung atau mudik, mengecat rumah agar tampak bersih dan rapih, juga rencana silaturrohim ke rumah atasan serta rekan-rekan. Yang kesemuanya terkadang terbentur waktu yang hanya sedikit alias mepet . Para ibu lebih riweuh lagi. Mulai dari mengatur uang THR, merencanakan menu lebaran berikut kue-kuenya, mengatur dekorasi rumah agar terlihat indah, sampai merencanakan buah tangan apa yang akan dibawa saat bersilaturrohim ke sanak keluarga. Saya, memiliki keriweuhan tambahan, yaitu menyuguhkan sesuatu yang berbeda dan memberi kesan bagi tamu yang datang. Selain menu y

Kerak Telor Pizza ala Betawi

Saat ada yang bertanya tentang makanan khas Betawi. Apa jawaban Anda? Kalau saya langsung menjawab kerak telor. Kerak telor (dokpri) Meski sebenarnya tak hanya kerak telor, masih banyak lagi jenis makanan yang khas asal Betawi. Namun kerak telor memang salah satu penganan yang menjadi unggulan dalam kuliner khas Betawi. Lalu saat ditanyakan. "Apakah sudah pernah makan kerak telor?" Jawaban yang terlontar beragam. Ada yang menjawab sudah, ada yang menjawab belum pernah. Bahkan ada juga yang menjawab. Kalau saya akan menjawab sudah pernah. Karena memang sudah pernah mencicipi makanan khas Betawi tersebut. " Gak tahu kerak telor itu kayak mana?" "Lho! Sampeyan tinggal di Jakarta tetapi kerak telor saja ndak tahu? Ngapain aja di Jakarta? Jangan-jangan monas juga ndak tahu! Oalah.... yo piye gak tahu apa-apa. Ndak beda dengan katak dalam tempurung kalo begitu sih!" Nah, bagi yang belum pernah makan kerak telor dan yang tidak tahu apa itu kerak telor. Ini

Sejarah Bir Pletok Khas Betawi

Pengamatan menimbulkan kreativitas.  Hal inilah yang terjadi pada masyarakat pribumi di Batavia pada masa penjajahan dahulu. Konon ketika para penjajah itu asyik berpesta dengan minum minuman bir, orang pribumi hanya bisa melihat dan mengamati saja dari jauh.  Dokumen pribadi Meskipun ingin tetapi masyarakat pribumi itu tidak lantas tergiur untuk mencicipi. Sebab mereka sangat teguh memegang aturan agama. Bahwa minuman yang memabukkan itu walau pun sedikit tetap saja hukumnya haram. Orang-orang pribumi itu rupanya tidak mau kalah. Mereka pun lantas berpikir untuk menciptakan minuman yang halal dan tak beralkohol. Maka diciptakanlah minuman dari ramuan rempah-rempah, yang fungsinya sama. Yaitu untuk menghangatkan tubuh. Karena beer atau bir memang jenis minuman yang berfungsi sebagai penghangat diri. Bir pletok terbuat dari campuran jahe, daun pandan wangi dan serai yang direbus terciptalah jenis minuman yang bisa menghangatkan tubuh. Agar lebih menarik dan terlihat gaya, dimasukka

Teh Talua Nan Nikmat

Teh. Apakah Anda penikmat jenis minuman tersebut? Pernahkah menikmati sensasi teh dengan cita rasa berbeda? Jika belum, maka Anda perlu mencobanya. Agar bisa merasakan sensasi berbeda dari segelas minuman bernama teh. Jika di Jepang orang mengenal teh hijau atau green tea dengan segala khasiatnya. Atau di Malaysia dengan teh tariknya. Maka di negara kita, Indonesia ada banyak teh dengan berbagai kekhasannya. Salah satunya adalah teh talua. Minuman khas Sumatera Barat. Teh Talua (dokpri) Teh talua menjadi menu wajib di warung-warung tradisional mau pun restoran Padang. Di kampung asal si teh ini, yakni Sumatera Barat. Para petani menjadikan teh talua menu wajib sarapan paginya sebelum berangkat ke ladang atau ke sawah. Karena teh talua dikenal kaya akan manfaat. Dokumen pribadi Teh talua merupakan minuman yang terdiri dari campuran teh, gula dan telur serta sedikit perasan jeruk nipis. Jenis telur yang digunakan biasanya telur ayam kampung atau telur bebek. Sementara perasan jeruk n

Rela Mengantri Demi Kue Rangi

Saat libur akhir pekan yang lalu tiba-tiba saya ingin sekali makan kue rangi. Jajanan asli Betawi yang terbuat dari sagu tani dan diolesi saus manis dari gula merah. Saya pun berkeliling mencari jajanan itu. Ternyata sudah sulit ya mencari pedagang kue itu. Kue Rangi (dokpri) Keesokkan harinya pencarian dilakukan lagi. Saya berkeliling lagi dari satu perumahan keperumahan lain. Dari satu perkampungan keperkampungan lain. Hasilnya? Alhamdulillah dapat. Tukang kue ranginya sedang dikerubuti pembeli. Ada anak-anak juga ibu-ibu. Ya, tak apalah antri sebentar asal dapat. Dokumen pribadi Kue rangi dikenal juga dengan sebutan kue sagu rangi. Berbahan dasar tepung sagu tani yang dicampur dengan parutan kelapa tua. Dibakar dalam cetakan yang mirip dengan kue pancong. Setelah matang diolesi saus, berupa lelehan gula merah yang telah dicampur dengan sedikit sagu tani. Dimakan saat hangat. Rasanya....ehmmmm, gurih-gurih manis dan kenyal-kenyal. Justru sedikit kenyal dan kealotannya itu yang me

Kepincut Sate Padang

Jangan pernah ngenyek sesuatu tanpa alasan mendasar. Bisa jadi kamu malah kepincut dan menjadi ketagihan. Hal itu yang terjadi pada saya saat ini. Dulu saat pertama kali seorang kawan memperkenalkan pada saya makanan Sate Padang. Spontan  saya berkata. "Iiiih...makanan apa ini. Bumbunya begitu amat." " Ini namanya Sate Padang. Cobain dulu. Jangan lihat bentuk bumbunya," kata kawan saya. Dokumen pribadi Saya menggeleng.  Tidak tertarik untuk mencobanya. Sampai  pada suatu hari ketika sedang bepergian lalu merasakan lapar yang sangat, ndilala kok yo gak ada penjual makanan lain yang saya jumpai kecuali pedagang Sate Padang itu. Ya sudah tak ada pilihan. Terpaksa membeli Sate Padang. Pelan-pelan saya nikmati makanan itu. Hmmm, ternyata enak juga. Saya suka. Akhirnya saya mencari tahu cerita tentang sate padang ini. Lalu dapatlah sedikit gambaran tentang Sate Padang. Ternyata Sate Padang itu ada tiga jenis. Sate Padang, Sate Padang Panjang dan Sate Pariaman. Y

Gulali Si Manis yang Mulai Sulit di Cari

Gulali. Penganan dari pintalan gula yang dibakar ini, konon adalah cikal bakal berbagai permen yang ada saat ini. Gulali dibuat dari gula yang diberi pewarna makanan. Biasanya warna merah jambu. Gulali seperti ini dikenal dengan nama arum manis. Gulali yang paling tradisional dibuat dari gula Jawa. Gulali seperti ini bisa dibentuk sesuai keinginan. Dokumen pribadi Saat saya berada di Solo beberapa waktu yang lalu, dalam suasana Car Free Day (CFD), di sepanjang jalan Brigjen Slamet Riyadi, tanpa sengaja saya menjumpai pedagang gulali tradisional ini. Hebatnya, yang berjualan ini adalah anak muda. Dan gulali yang ia buat sangat kreatif sekali. Yaitu berupa wayang kulit. Ini suatu pemandangan yang langka. Sebab pedagang gulali sudah jarang ditemui akhir-akhir ini. Padahal penganan ini sudah dikenal sejak lama. Dokumen pribadi Penganan ini pertama kali diperkenalkan oleh William Morrison dan John C.Wharta, di St.Louis Word's Fair dengan nama Fairy Floss (Benang Peri) pada tahun 1904.

Kue Pancong Jajanan Asal Betawi yang Mulai Langka

Kue pancong adalah jajanan khas Betawi yang perlu dijaga keberadaannya. Karena jajanan ini merupakan asli Indonesia. Saat ini masih bisa kita jumpai pedagang kue ini dijalan-jalan. Meskipun tidak terlalu banyak. Entah beberapa tahun kemudian. Akankah anak cucu kita masih bisa menemui kue ini lagi?  Karena itu kenalkan dan ajarkan anak-anak kita untuk menyukai jajanan asli Indonesia ini. Jangan  biarkan lidah anak kita terbiasa dengan jenis makanan dari luar seperti burger, spagheti, pizza, tobayaki dan lain-lain. Kue pancong merupakan penganan yang enak kok untuk dijadikan camilan keluarga. Dimakan saat hangat dengan secangkir teh sebagai pelengkap. Ehmmm, nikmat. Apalagi dinikmati saat hujan. Jika tidak bisa menemukan penjualnya, kita bisa membuatnya sendiri. Karena sangat mudah. Siapkan saja cetakan kue pancongnya. Lalu siapkan juga bahan-bahannya yang terdiri dari tepung beras, santan, kelapa muda dan garam. Cara membuatnya campurkan tepung dengan santan, aduk-aduk sampai ra

Rahasia di Balik Penganan Ubi Cilembu

"Dingin-dingin begini enaknya makan apa ya?" tanya kawan saya. "Minum sekoteng," sahut kawan yang lain. "Susah itu sih nyarinya. Tukang sekoteng jarang lewat sekarang." " Lha terus apa? Gorengan? Gue lagi batuk. Stop gorengan dulu," kata kawan saya. "Eh, itu tuh... beli ubi yang di oven aja. Ubi apa deh namanya. Gue lupa!" celetuk kawan saya yang lain. "Ubi cilembu," sahut saya. "Ah, iya itu. Udah beli itu aja deh. Anget-anget, manis, aman juga tuh buat yang lagi batuk," ujar kawan saya yang setuju. Tapi kawan yang tak setuju. Dengan entengnya nyletuk. "Ubi! Gak salah nyemil ubi. Itu kan makanan orang ndeso. Kayak di kampung aja sih loe pada. Yang kerenan dikit ngapa. Beli ropang gitu (roti panggang)." Sebuah celotehan biasa dan tak  menjadi masalah yang berarti. Hal seperti itu sering terjadi dalam kumpulan beberapa orang kawan saat mengisi waktu senggang. Saling beradu pendapat. Da

Serabi Tradisional Jajanan yang Tetap di Suka

Serabi, surabi, surobi dan entah apalagi sebutannya, tapi penganan satu ini merupakan salah satu jajanan tradisional Indonesia. Jajanan yang terbuat dari campuran tepung beras dan santan ini sangat enak dinikmati pagi hari atau malam hari. Terutama saat cuaca dingin. Serabi tradisional membuatnya dengan cara dibakar dalam tungku dari tanah liat. Setelah matang disajikan dengan kuah gula merah yang telah dicampur santan. Atau disebut juga kinca. Cara memakannya bisa dengan langsung menuangkan kinca di atas serabi atau dengan cara mencelupkan serabi sedikit demi sedikit ke dalam kinca.  Serabi seperti ini memiliki bau dan rasa yang khas.   Sebagianorang ada yang menyebut serabi sebagai pancakenya Indonesia. Hanya berbeda bahan dasar saja. Jika serabi berbahan dasar tepung beras, pancake bahan dasarnya adalah tepung terigu. Tekstur kue yang dihasilkan hampir sama.  Seiring berjalannya waktu,  serabi pun mengikuti perkembangan jaman. Kini serabi bisa dinikmati dalam aneka pilihan rasa