Tawar menawar harga pas tancap gas! Hohoho...itu sih lirik lagunya Bang Iwan Fals. Saya akan bercerita tentang tawar menawar. Tapi bukan yang lirik lagu itu.
Ceritanya seperti ini. Dalam hidup ini tawar menawar itu suatu hal biasa. Terutama para perempuan yang berurusan dengan belanja dan jajan anak. Saya pun demikian. Meski jarang tawar menawar. Bukannya sok banyak uang. Tetapi tidak bisa menawar dan tidak tegaan. Jadi jika membeli sesuatu lebih suka yang sudah ada harganya.
Kembali ke cerita saya. Jadi suatu hari saya membeli rujak keliling. Tahukan yang abangnya mendorong gerobak isi buah-buahan itu. Karena saya beli lumayan banyak. Jadi sambil menunggu saya ngobrollah dengan si abang penjual rujak itu. Dari obrolan itu, tahulah saya kalau pedagang seperti mereka ini memiliki bos.
Jadi mereka itu ditampung dalam satu rumah. Diberi makan seperti biasa. Nah, si bos ini yang memodali mereka. Nanti mereka tinggal keliling menjual buah tersebut dengan mengambil untung per bungkusnya hanya 500 perak.
Ya, ampun. Panas-panas keliling mencari uang 500 perak. Itu pun belum tentu laku banyak. Namanya juga jualan. Dari situ saya jadi sebal waktu ada seorang ibu menawar buah yang ia ingin. Dari harga 2000 rupiah minta 1500an saja. Tentu si abangnya tidak mau. Lha! Si ibu malah marah-marah.
Hadeuuuh...sudah sih bu. Tawar menawar sih boleh saja. Tapi dimana dulu, pikir saya. Ini menjadi nasihat buat saya sendiri. Lihat-lihat dulu kalau mau menawar. Lagi pula kalau tidak merasa memiliki uang cukup ya sudah tak usah jajan. Daripada dosa mendosakan karena saling kesal.
#onedayonepost
#februari2017
#harike-24
#rujakkeliling
Komentar
Posting Komentar